Kenapa kamu memalingkan muka?
Saat air mata saya deras tak terseka.
Kenapa kamu menyingkirkan bahu?
Saat akal saya dirundung pilu.
Kenapa kamu menutup telinga?
Saat suara saya parau teriakkan pinta.
Bagaimana bisa kamu hanya diam?
Padahal niat hidup saya mulai terbenam.
Bagaimana bisa kamu malah heran?
Padahal peran saya hilang bukan perlahan.
Bagaimana bisa kamu tak peduli?
Padahal kamu alasan saya menyimpul tali.
Mengapa kamu baru engah dan terperanjat?
Saat yang tersisa tuk dilakukan adalah melayat.
Mengapa kamu baru tak segan?
Saat jasad saya sudah terbalut kafan.
Mengapa kamu baru sekarang bersedia?
Saat saya sudah diusung keranda.
Padahal selama ini bukan bersenda.
Kata-kata saya bukan bercanda.
No comments:
Post a Comment