Apr 30, 2017

Manusia (2)

Mencoba memahami hati manusia itu, sesulit membedah pikirannya. Seperti menjadi seorang musafir, mengembara di negeri antah-berantah. Tidak mengenal seorang pun disana, tidak mengerti bahasanya, tidak fasih dalam mencerna arti geriknya. Hanya bermodal kesungguhan, walau pasti akan kelelahan. Hanya berbekal intuisi, walau tidak ada yang pasti.

Mencoba memahami hati manusia itu, seperti menyusuri simpang dan lintas, tiada batas, tanpa pintas. Tidak pernah ada rute alternatif dengan jarak lebih singkat. Tapi tidak pernah ada buntu, asal tidak ragu. Tidak pernah ada rintang, asal hasrat tidak gersang.

Mencoba memahami hati manusia itu,
mengesampingkan konsepsi individu,
membaur dalam kehidupan dunia baru,
membuka diri terhadap perihal haru biru.

Mencoba memahami hati manusia itu,
secara bersamaan membuka pintu,
yang dari dalam dipalangi gundukan batu,
yang dari dalam dilapisi baja kukuh terpaku.

Mencoba memahami hati manusia itu,
jangan diberi, tapi dibagi,
jangan dipungkiri, tapi diakui,
jangan dipaksa, tapi diterima,
jangan semaunya, tapi seiringnya.

Apr 28, 2017

Manusia (1)

Perasaan manusia itu,
luar biasa,
tiba-tiba.
Bagaimana tidak?

Dia yang terlalu lama menyiksai,
tiba-tiba berhenti.
Dia yang baru saja menyapa,
tiba-tiba tak berjeda.

Yang kemarin dendam, hari ini mendoakan.
Yang lalu marah, kini tamah.
Yang dahulu dongkol, sekarang sekongkol.
Dan sebaliknya, kebalikannya.

Perasaan manusia itu,
luar biasa,
duga-duga.
Bagaimana tidak?

Bentukannya;
kebencian, kemunafikan,
kesadaran, keikhlasan,
keterbukaan, kesempatan.

Dan rangkaiannya;
awal, selang, akhir.

Serta penghubungnya;
tanda tanya, spasi, koma.

Perasaan manusia itu,
luar biasa.

Apr 19, 2017

h e l p

Kenapa kamu memalingkan muka?
Saat air mata saya deras tak terseka.

Kenapa kamu menyingkirkan bahu?
Saat akal saya dirundung pilu.

Kenapa kamu menutup telinga?
Saat suara saya parau teriakkan pinta.

Bagaimana bisa kamu hanya diam?
Padahal niat hidup saya mulai terbenam.

Bagaimana bisa kamu malah heran?
Padahal peran saya hilang bukan perlahan.

Bagaimana bisa kamu tak peduli?
Padahal kamu alasan saya menyimpul tali.

Mengapa kamu baru engah dan terperanjat?
Saat yang tersisa tuk dilakukan adalah melayat.
Mengapa kamu baru tak segan?
Saat jasad saya sudah terbalut kafan.

Mengapa kamu baru sekarang bersedia?
Saat saya sudah diusung keranda.
Padahal selama ini bukan bersenda.
Kata-kata saya bukan bercanda.

Apr 16, 2017

Seperti

Seperti tercekik,
tubuh penuh kerabik.

Seperti tertusuk,
jiwa sarat desuk.

Seperti tenggelam,
otak terserang kram.

Seperti tersayat,
jantung terintang sumbat.

Seperti terhasut,
tuntunan kesik-kesik maut.