Jan 19, 2015

Dari Selatan

Saat ini bisikan suara di kepala lebih ingar dari pekikan yang terdengar di telinga. Suara dari jutaan kata yang tak terangkai seolah berlomba agar kehilangan makna. Luapan ego dan iba pun terbunyikan hanya sebatas dentuman sebutir debu yang jatuh.
Maaf saya tidak bisa tinggal. Maaf pula saya terus menampik mimpimu yang setinggi langit karena rendahnya keinginan saya yang bahkan belum berakar. Kecewamu pasti sudah menumpuk karena segala niat saya yang selalu menghalau dan yang selalu kontradiktif dengan maksudmu. Saya belum mampu berbalik ke utara. Masih letih semenjak tiba. Saya harus mencari yang belum ditemui. Saya harus menemui yang belum didapati. Saya harus mendapati yang belum dimiliki. Saya harus memiliki yang belum diyakini. Saya harus meyakini yang belum dipercayai. Saya harus memercayai yang sedang dicari. Dan dalam pencarian itu jangan tunggu saya, jangan cari saya, dan jangan hiraukan saya. Tetaplah tegap di utara, jangan biarkan kakimu terantuk, terlebih lagi jatuh, karena kekeliruan saya.
Mintalah pada Nya, bukan pada saya yang banyak ingkar. Berharaplah pada Nya, bukan pada saya yang banyak khianat. Untuk kali yang sudah tak terhitung banyaknya, saya minta maaf untuk hal yang sudah tak terhitung banyaknya.

"I can't keep messing up your feelings just because I'm unsure of mine."

No comments:

Post a Comment