Aku mengumpat di balik ilalang, sepanjang matahari bertegur dan berpamit dari timur hingga barat. Fajar yang menyingsing dan senja yang membuta, memainkan lakonnya masing-masing tanpa iri ingin pertukaran peran. Pantulan warna warni cahaya di awan yang membentuk gradasi berpadu dengan terpaan angin dan bisik-bisik nyanyian alam. Elok, aku terpana. Bukan pada langit, tapi kamu. Selamat malam penyita atensi ku yang sudah terlelap. Tiba-tiba aku ingin dengar segala persepsi mu akan banyak hal. Hanya mendengar dan untuk sesaat berbaur dengan imajinasi mu. Hanya mendengar dan menyimaknya tanpa argumen. Tiba-tiba aku ingin melihat mu. Memandang saja tanpa harus kamu menatap mata ku. Aku hanya ingin lihat raut wajahmu menanggapi berbagai gerak-gerik manusia. Apa nyaman mu tidak terusik dengan diam ku? Apa kamu akan mempertanyakan senyum ku yang tidak mengantar kata-kata? Apa kamu akan memancingku untuk bersuara? Apa kamu akan bosan dan mengajak untuk berpindah tempat? Hari ini aku ingin, besok belum tentu. Hari ini aku bertanya, besok bisa jadi tak acuh. Hari ini aku menunggu, besok mungkin sudah pergi. Hari ini aku yakin, tanpa menunggu besok pun aku meragu.
Dec 25, 2014
Konversasi Tanpa Bunyi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment