Jul 20, 2015

Bukan Cerita Benar (4)

Aku mengadahkan harapku di bawah langit jingga keunguan, di atas pasir putih kecoklatan. Aku membebaskan sesakku beriring ombak yang berdebur, bersama angin yang berembus. Aku menghirup segenap tulus hati, menghempas dendam tempo hari. Mungkin pintaku tidak terkabul karena senbazuru nya belum genap seribu. Tapi paling tidak, pesawat kertasnya mendaratkan eksplikasi walau hanya satu. Satu yang akhirnya buat aku mengerti. Setelah ini, takkan ada kamu lagi di selip huruf dalam kalimatku, aku janji.

Kalau kamu rangkaikan aku buket dengan bunga warna-warni dan harum wangi, sekarang aku tahu, yang aku akan kagumi adalah bunga hitam yang mengering di sela lembar buku. Dan kalaupun kamu tuliskan aku berlembar puisi dan konfesi, sekarang aku mengerti, yang aku akan kasihi adalah sebaris caci maki. Kamu memang yang mengawali dan mengisi fragmen dongengku, tapi selebihnya, maaf, halamanku akan terbuang sia-sia jika spasi semua. 
Annyeonghi gyeseyo.